JellyPages.com

Sabtu, 20 April 2013

UTS EKOLOGI HEWAN


JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH  EKOLOGI HEWAN

Mata Kuliah
Ekologi Hewan
Dosen Pembina
Husamah, S.Pd
Program Studi
Pendidikan Biologi
Nama Mahasiswa dan NIM/Kelas
Rindang Dwiaristiwa
201110070311059/ 4B






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL 2013


...





PETUNJUK PENGERJAAN TAKE HOME

1.     Untuk memahami soal-soal take home ini, sebaiknya Anda berdiskusi dengan teman. Lalu kemudian, silahkan jawab sesuai dengan literatur yang Anda miliki dan sesuai dengan pemahaman masing-masing. Jawaban yang menurut dosen pembimbing memiliki tingkat kesamaan tinggi/mencurigakan maka tidak akan diproses!
2.   Setiap jawaban sebaiknya juga dilengkapi dengan literatur. Jadi, jawab dulu sesuai dengan pemahaman Anda dan dukung dengan literatur! Tuliskan literatur yang anda gunakan pada bagian akhir. Jawaban yg bersumber dari buku dan jurnal ilmiah maka akan ada nilai tambah.
3.    Perhatikan teknik penulisan, banyak sedikitnya salah ketik dan kebakuan kalimat juga menjadi penilaian!
4.      Jawaban ini juga harus di-upload di blog masing-masing. Jika Anda bisa me-linkan jawaban dengan literatur maka ada nilai tambah.

SOAL

1.        Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan  poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.
2.        Jelaskan pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!
3.        Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!
4.        Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!
5.        Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!
6.        Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya. (dalam satu kelas, hewan yang dikaji tidak boleh sama)!


Jawaban
1.       Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hewan poikiloterm. Suhu yang optimal akan mempersingkat waktu pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme. Suhu merupakan parameter yang menunjukkan derajat panas atau dapat dipakai sebagai indikator tentang besarnya energi yang dibebaskan oleh benda. Adanya keterkaitan antara suhu lingkungan dengan waktu tumbuh dan berkembangnya hewan poikiloterm disebut sebagai konsep waktu suhu. Hewan poikiloterm, memerlukan kombinasi antara faktor suhu dan waktu untuk mengoptimalkan pertumbuhannya. Hewan poikiloterm memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh dan berkembang apabila suhu lingkungan dibawah suhu optimal, sebaliknya hewan poikiloterm membutuhkan waktu yang singkat untuk tumbuh dan berkembang apabila suhu diatas suhu minimum. (http://biomatectona.blogspot.com/2011_04_01_archive.html)
Konsep waktu-suhu ini terkait dengan kasus peledakan ulat bulu pada pohon mangga di Probolinggo tahun 2010. Pada tahun 2010, terjadi musim penghujan yang panjang sehingga meningkatkan kelembaban udara. Selain itu, musim penghujan tersebut diselingi oleh cuaca yang tidak menentu akibat aktivitas vulkanik Gunung Bromo. Suhu yang berfluktuasi berdampak pada iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu. Suhu yang sesuai untuk ulat bulu tersebut juga mempercepat penetasan telur ulat bulu sehingga terjadi ledakan populasi ulat bulu. Menurut (Baliadi,Dkk, 2012) Faktor abiotik dan biotik dapat memicu peningkatan populasi ulat bulu, khususnya  A. submarginata pada tanaman mangga. Faktor pemicu utama ledakan populasi ulat bulu adalah perubahan ekosistem yang ekstrem pada agroeko-sistem mangga. Suhu yang berfluktuasi berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu (dalam jurnal yang berjudul “ Ulat Bulu Tanaman Mangga Di Probolinggo: Identifikasi, Sebaran, Tingkat Serangan, Pemicu, Dan Cara Pengendalian”).

2.        Konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dapat dimanfaatkan dalam penetapan hewan langka. Aspek kelimpahan dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan organisme pada suatu wilayah dan pada waktu tertentu. Selain itu, aspek Prevalensi dan intensitas juga penting sebagai acuan dalam penetapan hewan langka. Prevalensi adalah frekuensi kehadiran suatu organisme pada wilayah/ ruang dan waktu tertentu, sedangkan intensitas adalah kerapatan suatu spesies. Hewan  yang memiliki prevalensi yang tinggi akan mempunyai daerah penyebaran yang luas, sehingga mudah untuk dijumpai. Sedangkan hewan yang memiliki prevalensi rendah akan sulit ditemukan atau hanya bisa ditemukan di tempat-tempat tertentu saja karena daerah penyebarannya sempit. Penyebarann (disperse) memiliki beberapa tipe yaitu seragam, acak, dan acak berkelompok. Faktor fekunditas juga dikaitkan dalam penetapan hewan langka. Fekunditas adalah laju reproduksi aktual suatu organisme atau populasi. Suatu Spesies dapat menjadi langka sebab daerah yang dapat dihuninya langka juga atau terlalu kecil, tempat dihuni itu di luar jangkauan kisaran sebaran, ketersediaan sumberdaya rendah, keragaman genetik di antara anggotanya membatasi dan menjadi sempitnya kisaran daerah yang dapat dihuninya, plastisitas fenotipik individu didalamnya membatasi kisaran daerah yang dapat dihuninya dan suatu spesies dapat menjadi langka karena kompetitor, pemangsaan, parasit atau manusia kolektor. Penyebab spesies menjadi langka tersebut berkaitan dengan faktor kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan sehingga faktor tersebut dapat dimanfaatkan dalam penetapan hewan langka. (http://suryaayurahmawati.blogspot.com/2010/12/populasi.html)

3.        Setiap makhluk hidup melakukan interaksi baik interaksi positif maupun negatif. Dalam populasi terdapat bentuk pemangsaan yang dilakukan hewan parasit terhadap tubuh inangnya atau yang disebut parasitisme. Pada umumnya hewan ini mempunyai tubuh yang lebih kecil daripada inangnya. Pada waktu yang lama, hewan parasit ini dapat menyebabkan kematian pada inang. Sedikit berbeda dengan parasitisme, parasitoidisme adalah bentuk pemangsaan yang sangat khas yang dilakukan oleh sejenis serangga terhadap jenis serangga yang lain. Dalam hal ini, serangga parasitoid meletakkan telurnya pada atau dekat dengan serangga inangnya. Ketika nanti telur itu menetas, maka larva yang terbentuk akan memakan tubuh serangga inangnya sambil menjalani pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. Dengan demikian biasanya serangga inangnya sudah terbunuh sebelum atau selama parasitoid menjalani stadium kepompong. Parasitisme dan parsitoidime dapat dimanfaatkan sebagai pengendali biologis. Contoh:  Spalangia endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas. Pada kehidupan parasitoid secara umum makanannya berupa nektar dan haemolim inang.  Sebagian besar parasitoid adalah anggota dari ordo hymenoptera meskipun parasitoid juga banyak dari ordo diptera, dan sebagian kecil juga ditemukan pada ordo Stresiptera. Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami (Amerika serikat ) menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa (http://irwansetiar.blogspot.com/2012/12/makalah-kepentingan-serangga-di-dalam.html).

4.        Menurut saya, sifat dan karakter yang harus ditanamkan pada siswa dalam belajar konsep-konsep ekologi adalah tanggung jawab, kritis dan peduli terhadap lingkungan. Dengan sifat dan karakter tersebut siswa diharapkan akan memiliki kesadaran bahwa manusia adalah mahkluk ekologis yang memandang semua kehidupan baik manusia, hewan maupun tumbuhan merupakan mahkluk yang bernilai maka dari itu harus dirawat dan dijaga kelestariannya. Siswa diajak untuk berpikir kritis terhadap ekosistem serta mengetahui manfaat apa yang akan diperoleh jika keseimbangan ekosistem terjaga. Sikap kritis siswa wajib ditumbuhkan baik secara moralitas maupun intelektualitas sebagai  wujud nyata kepedulian pada lingkungan sekitar. Konsep-konsep ekologi hewan dapat diaplikasikan secara optimal apabila siswa mempunyai kepedulian dan tanggung jawab yang tinggi terhadap lingkungan. Moh. Yamin (2008) mengusulkan kurikulum pendidikan berbasis ekologi perlu dan sangat penting dihidupkan di setiap lembaga pendidikan. Adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang diharapkan mampu dibuat sesuai dengan kebutuhan lokalitas daerah atau satuan pendidikan masing-masing adalah jalan menuju pembentukan karakter anak didik cinta lingkungan (Raharja, Setya dalam artikel yang berjudul “ Pendidikan Berwawasan Lingkungan)
Contoh riil: penerapan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup melalui mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA N Tempeh-Lumajang / SMA Tempeh Adiwyata (SMATA) . Selain itu, juga diadakan ekstra kurikuler “green care” dimana siswa dilatih untuk memilikikesadaran, rasa kepedulian yang tinggi dan cinta terhadap lingkungan serta berupaya menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga keseimbngan antara flora dan fauna disekitar lingkungan tersebut dapat terjaga (http://greencaresmata.blogspot.com)


5.        Larva Trichoptera dapat dimanfaatkan sebagai indikator biologi perairan. Larva Trichoptera ini juga sering digunakan untuk mengkaji pengaruh subletal dari pemaparan bahan polutan toksik di perairan. Hewan tersebut umumnya  banyak  dijumpai  pada  perairan  yang memiliki permukaan batuan dari dasar sungai atau danau.Sebagian besar larva Trichoptera lebih menyukai hidup  pada tipe perairan dangkal (5-10 cm ) dengan air yang mengalir di atas permukaan batuan dan sedikit jenis yang ditemukan pada substrat halus di bagian air yang dalam. Prinsip dan praktik pemanfaatannya yaitu apabil abnormalitas morfologi dari serangga ini terjadi maka lingkungan perairan memiliki tingkat pencemaran yang tinggi. Abnormalitas pada  insang  trachea, organ regulasi ion, dan anal papilae dapat menunjukkan adanya gangguan pada respirasi dan fungsi pengaturan ion pada individu. Pencemaran dapat diketahui dengan mengamati perubahan morfologi dari  insang akibat pencemaran perairan yang ditandai  dengan adanya  penghitaman   warna, reduksi dari  anal papilae  dan insang  trachea ketika larva tersebut didedahkan dengan menggunakan logam berat.
Menurut (Sudarso, 2009) Salah satu biota  yang  layak  untuk dipertimbangkan sebagai bioindikator akuatik adalah larva  serangga  Trichoptera. Larva tersebut  relatif sensitif digunakan sebagai bioindikator akuatik ditinjau dari struktur komunitas, respon subletal (gangguan pada pembentukan pola jaring dan abnormalitas  insang maupun anal papilae), bioakumulasi, dan respon perilaku akibat  bahan  polutan toksik maupun sedimentasi. Paper ini menunjukkan potensi yang besar dari hewan tersebut guna menilai status kesehatan dari sebuah ekosistem perairan (jurnal yang berjudul “Potensi Larva Trichoptera Sebagai Bioindikator Akuatik”)


6.        Relung adalah peranan fungsional yang dilakukan oleh makhluk hidup. Relung suatu organisme tidak hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa yang dia perbuat mulai dari bagaimana dia merubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap lingkungan, mengubah lingkungan fisik serta abiotiknya sampai bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya. Menurut (Sukarsono, 2012) Relung ekologi suatu hewan ( individu, populasi) adalah status fungsional hewan itu dalam habitat yang ditempatinya sehubungan dengan adaptasi-adaptasi fisiologi, struktural dan pola prilakunya. Kajian relung ini dapat dimanfaatkan dalam konservasi hewan langka karena dengan mengetahui relung hewan langka tersebut, kita dapat mengetahui kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila berdampingan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem. Sehingga kita mampu membantu memperluas relung dari hewan langka sehingga hewan tersebut tetap bertahan hidup dan tidak terancam punah.
Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Berat badannya berkisar antara 30 sampai dengan 65 kilogram, Beruang madu yang ada di Pulau Borneo merupakan yang paling kecil. Hutan hujan tropis merupakan habitat utama beruang madu. Namun, habitat yang dibutuhkan beruang termasuk tumbuhan, serangga dan makanan lain yang dibutuhkan beruang kini terbatas. Oleh karena makanan aslinya sudah tidak ada, terkadang beruang madu memakan tanaman pertanian.  Selain itu, beruang-beruang tersebut diburu sehingga keberadaanya kini menjadi langka.
Kajian relung:  Beruang madu merupakan “omnivore” , memakan banyak jenis makanan. Makanan utamanya adalah serangga (terutama rayap, semut, larva kumbang dan kecoak hutan). Selain itu, beruang juga memakan biji-bijian. Makanan yang paling disukai beruang madu adalah madu. Terkadang memakan bunga tertentu. Rumput dan daun hampir tidak pernah dimakan. Di pinggiran hutan beruang terkadang memakan umbut jenis-jenis palem, dan kemungkinan terkadang memakan jenis mamalia kecil dan burung. Kukunya yang panjang, tajam dan melengkung memudahkan beruang madu untuk menggali tanah, membongkar kayu jabuk, dan rahangnya yang sangat kuat membuat beruang sanggup membongkar kulit kayu guna mencari serangga dan madu. Dengan lidah panjangnya mereka mengambil makanan terdapat pada lubang. Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya. Apabila beruang madu memakan buah, maka biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak. Setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain. Perilaku mencari makan yang lain seperti pembongkaran sarang rayap di tanah, kayu jabuk dan batang pohon hidup untuk mendapatkan madu, bermanfaat bagi jenis satwa yang lain pula. Banyak burung yang ikut memakan serangga apabila beruang sudah membongkar sarang atau kayu jabuk dan pembongkaran kayu menyediakan lubang di batang pohon yang sering dimanfaatkan satwa lain untuk berlindung ataupun berkembang-biak. Perilaku menggali dan membongkar juga bermanfaat untuk mempercepat proses penguraian dan daur ulang yang sangat penting untuk hutan hujan tropis.
Sumber : Sukarsono.2012.Pengantar Ekologi Hewan.Malang: UMM Press










Senin, 15 April 2013

Anatomi Tikus






Oris (mulut)


Mulut adalah permulaan saluran yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lendir mulut ditutupi epithelium yang berlapis-lapis dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Bibir terletak disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).

Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (osofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.


Laring


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring



Jantung


Jantung terletak diatas rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma. Jantung mempunyai empat ruang yang terbagai sempurna dan terletak di dalam rongga dadaserta terbungkus oleh pericardia. Perikardia terdiri dari dua lapisan, yakni lamina parietalis (sebelah luar) dan lamina viseralis (menempel di dinding jantung). Diantara kedua lapis ini terdapat kavum pericardia yang berisi cairan pericardia. Jantung terdiri dari empat ruang, yakni dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel). Pada dasarnya, fungsi serambi adalah sebagai tempat lewatnya darah dari luar jantung ke bilik. Akan tetapi, serambi juga dapat berfungsi sebagaipemompa yang lemah sehingga membantu aliran darah dari serambi ke bilik. Bilik memberi tenaga yang mendorong darah ke paru-paru dan sistem sirkulasi tubuh. Jantung dibentuk terutama oleh tiga jenis otot jantung (miokardia), yaitu ototserambi, otot bilik, serta serabut otot perangsang dan penghantar khusus.



Paru-Paru


Paru-paru terletak di dalam rongga di kanan dan kiri jantung. Paru-paru sebelah kanan terdiri atas tiga kelompok alveolus dan merupakan dua belahan paru- paru (dua lobus). Didalam paru-paru, bronkus sebelah kanan bercabang tiga, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang dua, sama jumlahnya dengan jumlah lobus paru-paru. Cabang bronkus disebut bronkiolus. Fungsi dari paru-paru adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah.

Hati


Hati merupakan organ homeostasis yang memainkan peranan penting dalam proses metabolisme dalam manusia dan hewan. Hati berwarna coklat kemerahan dan terletak di bawah diafragma yaitu di dalam rongga abdomen. Hati menerima makanan terlarut dalam darah apabila makanan ini tercerna dan diserap di usus. Fungsi hati terdiri dari mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, mengubah zat buangan dan bahan racun untuk di ekskresi dalam empedu dan urin, menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen4.Sekresi empedu, garam empedu dibuat di hati dibentuk dalam sistem retikuloendothelium dialirkan ke empedu, pembentukan ureum, menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.



Kandung Empedu


Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Kandung empedu berwarna hijau gelap, warna ini bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jarimelalui saluran empedu. Letak kandung empedu yaitu dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati. Fungsi kandung empedu adalah sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.



Lambung


Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kacang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus, antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.
Ginjal


Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa terdapat cortex renalis di bagian luar yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tersebut menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Fungsi ginjal yaitu memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh serta mengeluarkan ureum, kreatini dan amoniak.









Usus Halus


Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter Oddi) merupakan bagian yang penting dari proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.


Fungsi usus halus:


   1.Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe


   2.Menyerap protein dalam bentuk asam amino


   3.Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
   4.Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makananh



Usus Besar


Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya akan terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.



Organ Reproduksi


Alat kelamin jantan berfungsi menghasilkan gamet jantan, yaitu spermatozoon (sperma). Alat kelamin jantan dibedakan menjadi alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin luar terdiri dari penis dan skrotum, sedangkan alat kelamin dalam terdiri dari testis, saluran reproduksi, dan kelenjar kelamin. Pada betina, alat kelamin luar terdiri dari vulva, mons pubis, dan klitoris/kelentit, sedangkan alat kelamin dalam terdiri dari ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina.



Organ Perkemihan


Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
Rektum dan Anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementarafeses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, maka konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.


Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.

Daftar Pustaka