JellyPages.com

Kamis, 09 Mei 2013

Wow, Ini Dia Manfaat Tikus

Bagi mereka yang takut tikus, Tikus Gambia akan menjadi teror absolut.Sama dalam tampilannya mirip Tikus Norwegia, versi Gambia bisa mempunyai berat sampai 7 Kg.
Di Afrika yang asli, hewan ini diburu dan disantap sebagaimana hewan buruan lain , tetapi sifatnya yang cerdas dan penurut juga telah menjadikan tikus ini untuk digunakan sebagai pendeteksi ranjau darat. Meski mempunyai bobot yang berat dalam standar tikus, namun berat tubuh tikus tersebut cukup ringan saat merayap diatas ranjau tanpa meledakkannya.
Tikus Gambia juga menunjukkan kecenderungan yang ditandai untuk mendeteksi tuberkulosis. Tikus ini dapat memeriksa sampel dari dahak manusia dan menyatakan apakah itu terinfeksi jauh lebih cepat daripada melalui metode yang lebih ilmiah.
Meskipun penampilannya menggelegar, tikus raksasa ini sebenarnya cukup ramah dan memiliki pengikut yang tumbuh sebagai hewan peliharaan eksotis.
Namun Kepemilikannya kini dianggap ilegal di Amerika Serikat, ketika ditemukan bahwa tikus ini adalah vektor dari wabah monkeypox

http://terselubung.blogspot.com/2012/08/10-fakta-menarik-tantang-tikus.html

Foto Tikus



Tikus Penyeimbang Ekosistem


TIKUS, terkadang jika mendengar nama ini yang tergambarkan dalam benak pikiran kita, adalah binatang yang identik dengan warna hitam, biasa hidup ditempat yang kotor seperti selokan, tong sampah ataupun gorong, bahkan yang lebih parah lagi biasa disebut hama tanaman padi atau pencuri makanan rumahan.Tahu ga? Sebenarnya dalam kekurangannya binatang ini juga mempunyai beberapa peran penting, antara lain: bentuk gigi yang menonjol didepan sebanyak 2 buah mengharuskan tikus untuk memakan biji-bijian supaya gigi tersebut bisa slalu terasah. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi tikus sebagai penyebar biji beberapa bekas makanan. Perbanyakan dan penyerbukan diri secara alami diatur pula dengan bantuan hewan penyerbuk atau penyebar biji melalui inang perantara. Tujuan pemencaran biji adalah untuk mengurangi resiko kepunahan. 
Selain itu, tikus juga berperan sebagai konsumen tingkat I dalam rantai makanan yang artinya hewan yang memakan produsen dan berada pada tropik paling rendah dalam rantai makanan. Konsumen tingkat I dalam ekosistem, berperan sebagai hewan mangsa bagi predator atau konsumen diatasnya. Secara tidak langsung, hal ini sangat penting untuk menjaga kestabilan ekosistem yang ada didalam hutan (rantai makanan). Jadi bisa dibayangkan jika didalam suatu ekosistem (hutan) tidak ada konsumen tingkat I seperti tikus, pasti beberapa predator seperti ular, akan sering turun ke desa untuk memakan hewan peliharaan warga desa. 
Keanekaragaman hayati menjadi bagian yang sangat penting dalam konservasi dan keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem telah diatur secara alami melalui mekanisme rangkaian penyediaan dan keseimbangan jaring pakan yang sederhana. Beberapa jenis tikus yang biasa ditemukan pada habitat hutan sekunder, seperti Maxomys surifer dan Maxomys rajah dapat dijadikan indikator (pencirian habitat) untuk menggambarkan kondisi hutan yang masih cukup stabil (baik)

Tikus Dapat Bernyanyi Dan Mempelajari Lagu


Mahluk kecil itu tak hanya bisa menyanyikan melodi ultrasonik yang lebih tinggi dari para soprano, penyanyi sopran. Jauh dari cicitan yang biasa dikeluarkan binatang ini. Tikus-tikus juga punya kemampuan mempelajari lagu baru.
Selama ini diketahui, kemampuan mempelajari lagu dimiliki mahluk terbatas, seperti manusia, lumba-lumba, paus, kelelawar, gajah, singa laut, anjing laut, dan beberapa jenis burung. Namun, riset terbaru meruntuhkan asumsi yang telah bertahan selama 50 tahun, bahwa suara tikus adalah suara naluriah, alih-alih menunjukan mereka punya sistem vokal untuk mengendalikan pita suara dan mempelajari lagu-lagu baru.
“Otak tikus dan perilaku komunikasi vokal binatang itu tidak seprimitif yang disangka sebelumnya,” kata penulis senior, Erich Jarvis, ahli neurobiologi dari Duke University kepada LiveScience.
Bahkan, “tikus punya lebih banyak kesamaan dalam hal komunikasi vokal dengan manusia, daripada spesies lain yang dianggap kerabat dekat kita,” kata Jarvis, merujuk pada simpanse.
Pada umumnya, suara datang dari usaha terkoordinasi antara korteks motor pada otak, yang mengontrol otot voluntary, dan pita suara dalam laring. Jarvis dan para koleganya menemukan, hubungan elementer pola itu pada tikus, tapi tidak pada simpanse dan monyet.
Belajar nyanyian baru
Dalam studi mereka, para peneliti menemukan, tikus yang kehilangan pendengaran mulai bernyanyi di luar nada nyanyian mereka sebelumnya.
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana para tikus memodifikasi lagui mereka. Riset sebelumnya menunjukkan, tikus jantan menjadi Pavarotti (penyanyi tenar) mini, saat terangsang oleh aroma betina, bahwa suara yang mereka hasilkan adalah alamiah.
Namun penelitian terbaru menunjukkan, tikus mampu menirukan lagu baru. Kesimpulan ini terungkap setelah para ilmuwan menempatkan tikus-tikus jantan dengan strain berbeda, dengan vokal berbeda, seperti tenor dan bas, di kandang yang sama bersama para betina.
Setelah delapan minggu, beberapa tikus-tikus bersuara tenor mulai menyanyi dengan nada bas yang rendah, sementara sejumlah tikus bersuara bas menyanyi dengan nada lebih tinggi. Namun, sebagian besar tidak mengalami perubahan suara.
Dengan kata lain, tikus mengubah lagu mereka di depan betina sehingga mereka semua terdengar hampir sama.
Jarvis mengatakan, hasil penemuan timnya menunjukkan tikus punya lima fitur yang oleh para ilmuwan diasosiasikan dengan belajar vokal. Meski tidak secanggih manusia dan burung yang bisa menirukan suara manusia atau nada tertentu. Namun, tikus bukannya tak punya sama sekali kemampuan itu seperti asumsi sebelumnya.
Lalu, apa pentingnya mengetahui tikus bisa bernyanyi dan mengubah lagu?
“Jika kami tidak salah, penemuan ini akan menjadi dorongan besar untuk para ilmuwan mempelajari penyakit seperti autisme dan gangguan kecemasan,” kata Jarvis. (sj)

Tikus, Hewan Pengerat Paling Mudah Beradaptasi



     Ilmuwan asal Amerika Serikat melakukan penelitian pada tikus dan menemukan bahwa tikus memiliki kemampuan mengenal tempat pernah dilaluinya. Dengan demikian, tikus ahli dalam menelusuri sebuah labirin serta memiliki apa yang disebut sebagai 'sense of place'.

     Beberapa penelitian juga mengungkapkan sel otak tikus bisa menunjukkan tanda-tanda aktif atau non-aktif pada lokasi tertentu. Para ilmuwan juga telah mengetahui bahwa hippocampus (komponen otak) terlibat dalam menciptakan peta mental pada makhluk hidup vertebrata (bertulang belakang). Namun, ilmuwan belum yakin bagaimana mental membentuk peta atau mengapa manusia bisa tersesat.

     Berbeda dengan manusia, otak tikus memiliki ukuran hanya sebesar buah anggur, dan di dalamnya terdapat sekira 50 juta neuron yang terhubung bersama-sama. Mungkin hal itulah yang membuat tikus menjadi lebih peka terhadap tempat baru dan mampu beradaptasi lebih cepat dibandingkan dengan manusia.
http://www.berita8.com/berita/2013/04/tikus-hewan-pengerat-paling-mudah-beradaptasi